/0/6522/coverbig.jpg?v=20250120180107)
Seorang siswi SMA bernama Nissa yang mencintai gurunya. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang masih muda dan tampan. Segala macam cara ia lakukan untuk mendapatkan perhatian sang guru. Hingga akhirnya ... apakah lelaki bernama Ilyas itu akan menerima cinta anak didiknya? Atau justru menolak karena seorang siswa bukan seleranya? Atau ia memilih menikah dengan wanita yang lebih dewasa?
"Nisa, letakkan cerminnya!" seruku, pada gadis berambut pendek itu.
Gadis itu mendongak, lalu menjawab dengan santainya. "Woke, Pak."
Kuembuskan napas berat. Harus sabar menghadapi siswi rewel itu. Kadang bersikap sopan, tetapi tidak jarang bersikap seenak jidat.
"Baik, sekarang buka halaman 55. Hari ini kita akan mempelajari Bab 5, tentang karya sastra puisi."
Para siswa menurut, tetapi lagi-lagi tidak dengan Nisa. Ia malah sibuk menyisir rambut sebahunya. Ada-ada saja yang dilakukan, membuatku geram.
"Nisa!" teriakku, sedikit emosi, "fokus pelajaran, jangan dandan terus!"
"Ashiaap!" Sisir yang dipegang, kini diletakkan di meja.
Aku berjalan mendekatinya, lalu menodongkan tangan untuk menyita barang yang mengalihkan perhatiannya itu ketimbang memperhatikanku.
"Sini, cermin dan sisirnya. Saya sita."
Wajahnya cemberut, lain dengan teman-temannya yang tertawa. "Kalau disita, Nisa pakai apa, dong? Emang Bapak mau gantiin yang baru?"
Haish!
Beli baru boleh saja. Masalahnya, memang ia mau dibelikan barang murah seharga di bawah lima puluh ribu? Dompet sedang masa kritis, bagaimana mungkin aku bisa menggantikan yang baru dan lebih mahal?
"Pak Sayang!"
"Eh!" Aku terlonjak. "Apa?"
Sorak-sorai dan tawa memenuhi seisi kelas. Memang aku pelawak yang patut ditertawakan? Kehidupanku saja sudah penuh jenaka. Namun, ketampananku menjadi plus-nya.
"Barusan kamu manggil saya apa? Coba ulangi!" desakku, membuat gadis itu menutup mulut menggunakan kedua tangannya.
Ia pikir, aku tidak mendengar?
"Manggil 'Pak Sayang', emang nggak boleh?"
Aku mendelik. Berani sekali mengatakannya.
"Kenapa harus ada kata 'Sayang'? Cukup panggil 'Pak' atau 'Pak Ilyas'."
Apa-apaan sembarangan menambahi embel-embel 'sayang'. Memang aku guru apa? Cukup dikenal sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang banyak fans di media sosial.
"Emangnya nggak boleh kalau anak didiknya sayang sama gurunya?" Pertanyaan konyol itu disambut suitan siswa lain.
"Boleh, tapi nggak gitu caranya. Saya nggak suka."
"Terus, sukanya yang kayak gimana?"
"Siswa yang nggak banyak tingkah. Kelihatan manis," kataku, sambil berlalu ke kursi guru.
"Berarti saya, dong?"
Aku berbalik, lalu menatapnya tajam. "Kamu?"
"Saya 'kan manis, Pak. Masih nggak mau ngakuin?"
Lagi-lagi, aku hanya bisa mengembuskan napas berat. Meladeni siswi itu, harus ekstra sabar. Untung aku bukan kang rayu seperti buaya pada umumnya, hanya kang baper yang pura-pura cuek di depan mereka. Aslinya? Ya, tetap biasa-biasa saja. Maksudnya baper kalau telat gajian.
"Iya, kamu manis." Gadis itu tersenyum, mengedip-ngedipkan matanya. "Tapi masih kalah sama gula."
Penghuni kelas tertawa serentak. Kulihat wajahnya memerah, mungkin menahan malu atau marah. Peduli apa, memang begitu kenyataannya. Berani mengawali, berani menerima akhir, bukan?
***
Jam pelajaran Bahasa Indonesia telah usai, itu berarti, waktunya pulang. Selesai berdoa dan menyalamiku, para siswa berbondong keluar kelas, kecuali Nisa. Dia memang suka cari perhatian, membuatku pegal meladeninya.
"Mana cerminnya, Pak?"
"Ada."
Gadis itu mendekat. "Mana?"
"Cermin kamu saya sita. Masak waktu pelajaran bawa barang begituan. Nggak teladan banget jadi siswa."
"Kata siapa saya nggak teladan?" tanyanya, mengerucutkan bibir.
Kumiringkan kepala, menatapnya yang masih menampakkan wajah masam. Sebenarnya manis, tetapi bukan seleraku. Dia terlalu bar-bar sebagai siswa perempuan kepada gurunya.
Bukan berarti tidak baik, hanya saja aku lebih suka wanita yang dewasa, umur dan pemikirannya.
"Kalau siswa teladan, apa prestasi yang bisa kamu banggakan sekarang?"
"Prestasi saya, mencintai Bapak."
Allahu Akbar!
Mengingat kejadian di kelas tadi, membuatku merenung di taman samping rumah ini. Bagaimana bisa seorang siswa mencintai gurunya sendiri? Apalagi guru baru sepertiku yang masih tiga bulan mengajar, wajar bukan kalau heran?
Tahu begitu, aku memilih kelas XI A yang terlihat kalem-kalem. Berbeda jauh dengan XI B yang membuatku lelah dan nyaris gila.
"Den Ilyas!" panggil Lili, anak Mbok Dami yang bekerja di rumahku. Rumah milik Mama, ding.
Aku yang semula fokus dengan koran, mendongak. "Sudah berapa kali saya bilang? Jangan panggil Den."
Gadis seusiaku itu menggaruk kepala. "I–iya, Den. Eh, Yas. Mau dibuatkan minum apa? Yang seger-seger kayaknya enak apalagi ini sedang sayang-sayangnya. Eh, siang-siangnya."
"Air putih hangat saja, Li. "
Gadis berambut panjang itu mengangguk, lalu berbalik. Aku menatap punggungnya yang menghilang di pintu.
Tak lama, ia datang membawa nampan berisi segelas air dan camilan. "Ini minumannya, Den. Eh, Yas."
Bisa kudengar embusan napasnya yang kasar. "Kenapa harus panggil nama langsung, sih? Kan, saya jadi ndak enak."
"Nggak apa-apa. Kan, saya yang minta."
Aku membalas dengan tersenyum, membuatnya malu-malu kucing. Kalau sedang seperti itu, ia terlihat seperti di bawah umurku dan kalau aku mengantarnya ke pasar kami sering dikira kakak adik. Anehnya, aku tidak marah, justru senang.
Sudah sejak lama, aku menginginkan seorang adik, tetapi harapan itu sirna. Papa meninggal beberapa tahun yang lalu. Dan sampai sekarang, Mama tidak ada niat untuk menikah lagi, meskipun usianya bisa dibilang masih muda untuk ibu anak usia 23 tahun kurang.
"Ini cemilannya, jangan lupa dimakan, Yas," ucapnya, membuatku tersadar. "Nanti kalau ndak makan, malah jatuh cinta. Eh, jatuh hati. Duh, maksudnya jatuh sakit."
Perempuan itu menjadi salah tingkah, seperti hari-hari sebelumnya. Semenjak aku pulang kuliah dari kota seberang dan memilih mengajar di kota kelahiran. Aku menahan tawa untuk tidak menyembur di depannya. Pipi yang sudah merona itu takutnya terbakar.
Aku mengangguk dan mengulas senyum. Ia tipe gadis cerewet, tetapi menyenangkan karena kadang bisa menghiburku yang sering pusing mengoreksi tugas anak-anak. Seperti gadis desa pada umumnya, ia sopan dan lembut. Tidak jarang pula membuatku senyum-senyum sendiri melihat tingkahnya.
Bukan suka, hanya saja aku senang, setidaknya Mbok Dami tidak sendirian lagi. Ia ditemani putrinya yang baru lulus kuliah dan mengisi waktunya untuk menunggu panggilan kerja. Aku salut dengan kerja keras assisten Mama yang sudah bekerja puluhan tahun itu. Beliau rela banting tulang demi mencari rezeki untuk pendidikan yang layak atas ketiga anaknya.
"Jangan lupa dimakan, ya. Saya tinggal dulu ke belakang. Kalau rindu, bilang. Ndak baik kalau dipendam." Setelah mengucapkan itu, ia berlalu tanpa menengok ke belakang.
Niatnya ingin memintanya menemani, tetapi kadung pergi, ya sudah. Besok lagi.
Menikmati tanaman yang rapi karena dirawat suami Mbok Dami, mataku termanjakan oleh keindahannya. Dasar, jomblo, bisanya manja sama tanaman. Sama istri kapan?
Sebenarnya aku bukan tipe orang yang muluk-muluk, walaupun termasuk kategori ganteng. Hidung tidak terlalu mancung atau pesek, bibir tipis yang merona dari lahir, bentuk wajah oval, tetapi bukan lonjong. Kata orang-orang, yang paling indah adalah bagian mata, hitamnya memabukkan.
Harapannya memiliki istri yang salihah, penurut, perhatian, dan tidak banyak omong atau protes. Sesimpel itu, tetapi nyatanya belum ada yang nyantol, maksudnya belum ada yang cocok di hati.
Bukan bermaksud mempromosikan diri, lebih tepatnya menjabarkan ciri-ciri seorang Ilyas Aldevaro, bukan Aldebaran di sinetron itu, muka saja yang mirip. Eh, enggak, ding. Masih gantengan aku.
Melihat gelas berisi air putih, gegas kuambil, lalu meneguknya hingga tandas.
"Jangan lupa dimakan, ya. Saya tinggal dulu ke belakang. Kalau rindu, bilang. Ndak baik kalau dipendam."
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Bagi yang belum cukup umur, DILARANG KERAS Membaca Cerita ini, karena banyak sekali adegan Dewasa. Mohon Bijak Dalam Membaca.⚠️ Menceritakan seorang anak muda, yang terjerumus kedalam lubang hitam, hingga akhirnya, pemuda tampan kecanduan seks dengan Guru dan keluarganya sendiri.