/0/6429/coverbig.jpg?v=2bb5684aa8aae3668a621e93bc86cd52)
Seorang gadis mungil sebut saja Hilya. Dia telah ditinggal oleh kedua orang tuanya menjadikan kehidupannya berubah, namun itu tidak membuat dia terlarut dan tenggelam dalam keterpurukannya. Suatu saat dia mencari kerja, tapi pekerjaan yang ia dapatkan datang dengan sendiri. Dia ditawarkan bekerja sebagai ART dirumah Tuan muda kaya raya. Tak hanya sebagai itu, dia juga bekerja merawat seorang bayi. Beriringnya waktu keterdekatan antara Hilya dan lelaki itu membuihkan rasa nyaman. Tuan muda awalnya hanya berniat mencari hiburan dan bercanda, tapi lama kelamaan dia terjerat akan cintanya. Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Kuy baca!!
Hilya adalah gadis yang berumur 19 tahun anak pertama dan baru lulus sekolah, kehidupannya cukup sederhana bukan lahir dari kalangan orang kaya. Tapi dia sangat bersyukur dengan kehidupannya dan banyak pelajaran yang dapat dia ambil.
Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia ketika dia berumur 9 tahun, saat itu kehidupannya sangat terpuruk orang-orang yang dia sayang telah meninggalkannya. Ketika orang tuanya sudah meninggal, dia tinggal bersama paman dan bibinya tepat saat dirinya beranjak 17 tahun, dia hidup sendiri sampai detik sekarang sudah terbiasa. Banyak pengalaman yang telah dia pelajari dan sangat berharga.
"Sudah saat-nya aku mencari kerja, semoga lancar," ucapnya berharap ada pekerjaan yang dapat menerimanya.
"Mau kemana, Neng Hilya?" sapa tetangga kosan yang sedang menyiram tanaman.
"Eh, Mbak. Emm mau cari kerja. Do'ain yah semoga dapet."
"Iya, Mbak do'ain."
"Makasih, Mbak. Aku duluan yah."
"Iya semangat, Neng."
"Iya makasih, Mbak," teriaknya karena jarak mereka sudah cukup lumayan jauh.
Hilya berjalan dengan santai sesampainya dijalan raya tak lama angkot datang, dia langsung menghentikan angkot itu lalu naik. Saat Hilya sudah duduk dia menyapa semua orang dengan senyuman manisnya dan diterima ramah oleh semuanya.
Selama diperjalanan Hilya tak mengeluarkan suara, dia pokus dengan handphone yang berada dalam genggamannya sesekali dia melihat jalan takutnya kebablasan.
Beberapa menit kemudian Hilya menerbitkan senyumnya dia bersiap-siap akan turun. "Mang kiri," ucapnya. Angkot itu berhenti, Hilya turun dengan pelan-pelan sembari memberi uang kepada supir angkot, setelah keluar dari angkot itu, dia mengedarkan pandangannya dilihat tempatnya sangat ramai banyak orang berlalu lalang, para pedagang kaki lima yang sedang jual beli, toko baju, dan masih banyak lagi.
Langkah kakinya pelan-pelan sambil mencari banner lowongan pekerjaan. Saat lirikannya tak sengaja disana ada satu banner matanya langsung terbinar secepat mungkin dia mengunjungi namun yang tertera bukanlah lowongan pekerjaan tapi sebuah event. Senyumannya memudar satu harapan hilang, tapi tekadnya tak akan menyerah dia kembali semangat dan mencari.
Diujung sana terlihat seorang wanita paruh baya sedang berdagang, Hilya berniat akan menanyakannya dan berharap dia bisa membantunya. Hilya berjalan dan mendekat, berlainan arah wanita itu melihat kearah Hilya sambil menyunggingkan bibir manisnya. Awalnya Hilya malu tuk bertanya tapi setelah mendapatkan senyumannya hati Hilya lega.
"Maaf, Bu. Mau tanya disini ada lowongan pekerjaan ngga?"
"Aduh kurang tau, Neng. Saya bukan orang sini asli."
"Uwalah gitu. Terima kasih, Bu permisi saya pamit," pamitnya dan diangguki wanita paruh baya itu.
"Susah juga yah cari kerja!" keluhnya sambil duduk beristirahat sejenak.
GLEDEG
Suara petir menggelegar awan sudah menghitam tak lama hujan akan turun, baru saja sejenak menghilangkan penat suara petir menyuruhnya berpindah tempat, Hilya langsung berdiri lalu melangkah sambil tergesa-gesa takut hujan mengguyur tubuhnya, tiba-tiba tubuh Hilya beradu dengan seseorang mengakibatkan pergerakannya terhenti.
"Eh ... maaf, Mas," ucapnya langsung pergi.
Matanya langsung mencari tempat untuk berteduh tak lama bibirnya tersenyum menandakan dia sudah mendapatkan tempatnya, Hilya langsung lari menuju lokasi itu dan duduk disana sambil menunggu hujan reda.
"Ekhem," dehem seorang lelaki yang duduk disamping Hilya.
Hilya tersentak kaget kapan lelaki itu berada disampingnya? Eh bukankah dia lelaki yang beradu? Kenapa? Oh tidak mau ngapain dia? Pikir Hilya.
"Eh, Mas yang tadi yah? Sok silahkan, Mas duduk yang nyaman," ucap Hilya mempersilahkan duduk bagaikan pembantu pada majikannya.
Lelaki itu tak mengeluarkan suara matanya tetap fokus pada rintikan hujan yang berada didepannya.
"Ih makasih atau apa gitu? Ini mah datar," protes Hilya yang merasa diabaikan.
"Saya dengar!"
"Eh hehe."
"Kamu sedang mencari pekerjaan?"
Hilya sedikit heran. Kepada siapa lelaki itu bertanya?
"Saya berbicara kepada kamu," ucapnya lagi yang sudah tahu jika gadis itu heran.
Hilya terkekeh. "Iya, Pak," ucapnya pelan.
"Saya bukan, Bapak kamu! Jadi jangan panggil, Bapak."
"Hah!"
"Jadi bagaimana?"
"Bagaimana apanya? saya heran loh, Pak. Tiba-tiba Bapak menanyakan saya sedang cari pekerjaan? Terus saya panggil Bapak jawabannya ketus cuek banget. Dasar yah manusia kutub," ucap serapahnya karena jengkel.
"Sudah? Saya tidak suka kamu panggil Bapak! Lagian saya belum menikah jadi ga pantas dibilang, Bapak!"
"Saya ga nanyain dan kenapa anda curhat yah?"
"Terserah saya. Jadi bagaimana? Kamu sedang mencari pekerjaan?"
Hilya mengeluarkan beban napasnya yang sedari tadi ditahan untungnya bukan dari bawah keluarnya. "Hmm iya saya lagi cari pekerjaan."
"Kalo seperti itu kamu bekerja dengan saya."
"Hah? Kerja apa, Pak?"
Lelaki itu melirik kearah Hilya dengan tatapan elang.
"Paan sih?" tanya Hilya heran. Kenapa diberi tatapan seperti itu?
"Kamu bekerja dengan saya mengurus saya seperti istri."
Mata Hilya membuka lebar selebar daun kalor mulutnya ikut terbuka juga. Apa seperti istri?
"Istri?"
"Ya."
"Istri gimana maksudnya?"
"Kamu bekerja seperti istri yang mengurusi suaminya. Tenang saya gaji, terserah kamu mau gaji berapa."
"Hah? Ngga deh, Maaf. Nanti minta yang macem-macem ngga ah ngeri. Lagian saya ini baru lulus sekolah mana bisa kek pekerjaan istri."
Lelaki itu menyentil kepala Hilya yang membuatnya meringis. "Pikiran kamu kemana-mana. Tugas kamu hanya nyiapin makan, cuci pakaian, sama nyiapin pakaian. Bisa? Masa anak gadis segede kamu ngga bisa," ledeknya.
"Dih bisalah gitu doang. Ya udah kalo itu saya mau, tapi gaji terserah saya 'kan?" tanyanya dengan mata terbinar-binar seperti penuh harap.
"Ya."
Jawaban singkat namun membuat Hilya bahagia.
"Yeeeee. Saya mau sebulan 5JT. Gimana?"
"Sebulan 5JT? Yang benar saja gaji saya sebulan tidak segitu. Lagian mulai juga belum udah maen gaji."
"Ya terserah saya dong 'kan, Bapak yang nawarin," ucapnya tak mau kalah.
"Nama kamu siapa?"
"Hilya."
"Hilya dengerin saya yah ... kalo gaji segitu saya tidak punya yang ada saya rugi. Lagian kamu masih mencari pengalaman jangan maen gaji dinaikin dulu. Gimana kalo misalnya sebulan 2JT. Gimana?"
Hilya mencernanya dan ada benarnya. "Ya udah iya sebulan 2JT?"
"Iya."
"Okey saya ambil."
"Ya udah yu."
"Kemana?"
"Kamu mau kerja? Ya tinggalnya sama saya kalo kamu pulang pergi yang ada habis pake angkot."
"Jadi saya tinggal seatap maksudnya?"
"Iya."
"Emang istri, Bapak ga bakalan marah?"
"Saya belum punya istri."
"Oh iya ya makanya, Bapak nawarin saya kerja ART juga. Terus dirumah ada siapa aja, Pak?"
"Berdua."
"Maksudnya?"
"Telat banget yah otak kamu nyampe nya. Bikin emosi. BERDUA SAYA SAMA KAMU," ucapnya jelas.
"Hah? Ngga ah saya mending pulang pergi."
"Ngeyel banget belum juga kerja. Kamu tinggal sama saya seatap berdua kalo kamu pulang pergi nantinya cape terus yang bikin sarapan pagi siapa? Percuma dong kalo punya ART tapi ngga dipake."
"Heuh yadeh, tapi ada kamarnya 'kan?"
"Takut banget saya apa-apain yah?"
"Hah? Ngga!"
"Ikut saya."
Hilya mengikuti dari arah belakang, sesampainya dirumah Hilya tersentak kaget rumahnya bagus cukup lumayan gede.
"Ini rumah saya. Kamu tidak perlu kerja keras untuk membersihkan rumah ini cukup semampu dan sebisa kamu. Paham!"
Hilya mengangguk sebagai jawabannya.
"Yu masuk."
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. "Berhentilah menggangguku!" kata mantan pacarnya. "Hatiku hanya milik Jenni." "Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?" kata seorang tokoh besar misterius.
Pada hari pernikahannya, saudari Khloe berkomplot dengan pengantin prianya, menjebaknya atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, di mana dia menanggung banyak penderitaan. Ketika Khloe akhirnya dibebaskan, saudarinya yang jahat menggunakan ibu mereka untuk memaksa Khloe melakukan hubungan tidak senonoh dengan seorang pria tua. Seperti sudah ditakdirkan, Khloe bertemu dengan Henrik, mafia gagah tetapi kejam yang berusaha mengubah jalan hidupnya. Meskipun Henrik berpenampilan dingin, dia sangat menyayangi Khloe. Dia membantunya menerima balasan dari para penyiksanya dan mencegahnya diintimidasi lagi.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Sebelum nikah, Sanny Chandra mengira dirinya adalah pajangan yang diletakkan di rumah. Ketika masa kontrak sudah habis, dia pun bisa bercerai. Setelah nikah, Jordan Wijaya yang dingin dan abstinen menjadi penggila cinta istri, ingin memanjakannya hingga ke langit. Akhirnya Sanny Chandra menyadari bahwa mudah untuk naik namun susah untuk turun! Sepakat untuk tidak menyentuhnya adalah palsu! Tidak hanya meminta dia melaksanakan kewajiban sebagai istri, juga bersikeras meminta dia melahirkan keturunan pewaris untuknya? Setelah hamil, Sanny Chandra frustasi, "Sudah sepakat kelak akan cerai, kenapa buat aku hamil anakmu? Kenapa kamu robek kontraknya?" Jordan Wijaya berkata dengan serius, "Istri yang aku nikahi dengan kemampuan sendiri, kenapa harus cerai?"
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.