/0/3276/coverbig.jpg?v=ea360054417f6787cc95d88a83a9bdfc)
"Aku menginginkanmu. Setiap inchi tubuhmu menarik perhatianku. Apakah kita tidak akan ada kesempatan tidur bersama?" Kembali, Sarla menggelengkan kepalanya dengan gerakan kuat beberapa kali. "Tidak akan!" "Kau harus ingat jika aku berada di sini bukanlah sebagai pelayanmu dan melakukan apa saja yang kau minta. Termasuk tidur denganmu Mr--" "Kau memang bukan pelayanku. Tapi, kau sudah hidup bersamaku di sini. Kau sudah mendapatkan semua fasilitas mewah di rumahku." "Jadi, apa tidak boleh aku menerima balasan? Minimal kau dapat menyerahkan tubuh indahmu, Miss Sarla." Wilzton menyeringai. "Baiklah. Anggap saja aku membalas budi. Harus berapa kali aku bersedia untuk kau tiduri?" tanya Sarla dengan tenang. Tak menunjukkan kegugupan. "Haha. Selama gairahmu masih menginginkanku untuk memuaskanmu." Sarla membeliak kaget. "Apa katamu?" "Kau suka bukan? Apa pun yang menyenangkan hatimu akan aku lakukan, Sayang." Sarla kian membelalakan mata. Tambah kesal juga akan ucapan Wilzton yang baginya penghinaan. "Cih, kau kira kau bisa memuaskanku begitu saja?" Sarla dominasikan nada mencibir dan jengkel. "Lebih baik kau lihat dulu permainanku. Baru, kau boleh menilai. Aku jamin aku tidak mengecewakan." ................. Sarla Maykan Parker harus menanggung akibat dari hidup glamour yang sudah melewati batas. Tak bisa ia hindari hukuman ditentukan oleh keluarganya sendiri. Dibuang ke San Fransisco, tinggal di rumah seorang billionaire muda bernama Wilzton Davis tanpa dibekali sepeser pun uang. Tidak hanya hari-hari harus dilewatinya yang berubah drastis. Namun juga, hati dan hasratnya. Wilzton terlalu tampan dengan paras menawan dan tubuh tinggi atletis. Ditambah sentuhan-sentuhan pria itu yang selalu membakar gairahnya. Sarla tak bisa menahan godaan. Perlahan namun pasti, ia mulai terperangkap. Bergantung pada Wilzton hingga memberikan cinta dan tubuhnya untuk pria itu seutuhnya.
"Mommm!"
Setelah menyelesaikan seruannya, Sarla Maykan Parker pun berlari kencang ke arah sang ibu yang sedang berdiri di depan dengan jarak sekitar lima meter, masih dalam areal ruang tamu megah rumahnya.
Senyum kian Sarla kembangkan bersamaan akan kedua tangan direntangkan ke samping. Ia berniat memberikan pelukan, setelah nanti berada di depan sang ibu. Tinggal beberapa langkah lagi sampai.
"Mommm!" Sarla kembali berseru, bahkan lebih kencang dari sebelumnya. Antusiasme meningkat.
"Jangan berani mendekati Mom, Sayang!"
Sarla langsung berhenti berjalan selepas sang ibu mengeluarkan perintah dalam suara begitu tegas. Ia pun berdiri dengan tubuh kaku. Merasakan secara jelas bagaimana ibunya tengah marah lewat sorot mata ditunjukkan memandang dirinya lekat.
Jarak tersisa kurang dari satu meter saja. Atmosfer tak menyenangkan semakin membuat Sarla jadi kurang tenang. Keadaan yang tidak pernah dirinya inginkan alami, yakni menghadapi kemarahan dari kedua orangtuanya. Terutama, sang ibu.
"Mom...," Sarla memanggil pelan. Suaranya lebih rendah. Masih diarahkan tatapan pada ibunya.
"Sudah Mom bilang jangan mendekat, Nak!"
Sarla yang baru dua langkah berjalan ke depan pun harus dihentikannya. Menuruti perintah sang ibu agar tak semakin membuat marah. Ia jelas saja mulai dirundung oleh perasaan takut. Berefek juga pada debaran jantung yang bertambah kencang. Ia belum pernah melihat ibunya bersikap begitu keras
"Mom, apakah sedang marah padaku?"
Sarla mengakui ia sangat bodoh menanyakan hal demikian yang sudahlah jelas ditunjukkan sang ibu. Kemudian, ia memilih membungkam mulut dengan rapat. Menunggu jawaban akan diloloskan ibunya. Ketenangannya semakin tak bisa diberlakukan.
"Jelas saja Mom marah kepadamu, Sarla!"
"Mom, aku ingin minta maaf. Mom pasti marah atas keterlambatan aku pulang bukan? Tadi dari bandara aku diundang ke bar sebentar. Tapi, aku tidak satu gelas pun minum. Aku hanya mencicipi coke. Sungguh aku tidak berbohong. Aku ti--"
Plak!
Sarla terkejut bukan main sebab pipi bagian kirinya menerima tamparan yang cukup keras dari sang ibu. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapat perlakuan kasar. Namun, tidak mungkin untuknya memprotes karena sang ibu sedang begitu emosi.
"Jangan membela dirimu, Nak! Bukan masalah kau pergi ke bar atau minum sampai mabuk. Hal lain yang sudah membuat Mom begitu marah padamu."
Sarla menelan air ludah dengan cukup susah payah guna membasahi kerongkongan yang kian kering. Mata sudah berkaca-kaca. Rasa takut tentu bertambah seiring menajamnya mata sang ibu. Namun, ia sudah bertekad memberi penjelasan secara detail sebagai senjata andalan.
"Masalah apa Mom? Aku akan jelaskan sem--"
"Mom juga tidak membutuhkan penjelasan apa pun darimu, Nak. Bukti-bukti sudah cukup, Sarla! Kau sungguh keterlaluan menghabiskan uang satu juta dollar dalam waktu satu bulan! Mom kecewa."
Air mata Sarla semakin deras keluar. Penglihatan pun mulai mengabur. "Aku minta maaf, Mom. Ak--"
"Mom sudah memutuskan hukuman yang akan kau terima. Mom dan Dad tidak bisa lagi menolerir gaya hidupmu yang mewah. Kau harus diberi pelajaran, Nak. Supaya kau bisa lebih sadar akan kesalahan yang sudah kau lakukan. Tolong berubahlah."
Sarla membelalakan mata. "Mom akan memberi aku hukuman sepeerti apa? Kenapa terdenga--"
"Kau akan kami asingkan ke rumah Mr. Davis, Nak. Kau akan belajar banyak di sana. Kau baru boleh kembali setelah kau mau berubah, Sarla."
"Mr. Davis, tolonglah kemari."
Sarla segera saja mengikuti arah pandang sang ibu yang tertuju ke arah salah satu ruangan tidur tamu, masih terletak di lantai satu. Dan, berjarak sekitar enam meter dari tempat dirinya serta juga sang ibu sedang berdiri. Degupan jantung semakin tak bisa menentu. Terus berdetak dengan kencangnya.
Tak berselang lama, sepasang mata Sarla jelas menangkap sosok pria berpostur tinggi, perparas tampan, dan menyeringai keluar dari dalam kamar tersebut. Ia terpesona. Semakin tak mampu untuk dialihkan perhatian, saat pria itu mendekatinya.
"Senang bisa bertemu denganmu, Miss Sarla. Tapi, maaf aku harus membuat kau pingsan dulu."
Sarla butuh waktu lebih dari lima detik untuk dapat memahami makna ucapan baru didengarnya. Ia pun hendak menyahut. Namun, tak sempat karena merasakan kantuk luar biasa. Tepat setelah, mulut dibekap oleh pria itu menggunakan sapu tangan. Ia langsung memejamkan mata, terhuyung ke depan.
"Mr. Davis, aku memercayaimu. Tolong buat putri kami berubah. Aku tahu kau bisa melakukannya."
"Baiklah, Bibi. Percayakan semua padaku."
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Pada hari pernikahannya, saudari Khloe berkomplot dengan pengantin prianya, menjebaknya atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, di mana dia menanggung banyak penderitaan. Ketika Khloe akhirnya dibebaskan, saudarinya yang jahat menggunakan ibu mereka untuk memaksa Khloe melakukan hubungan tidak senonoh dengan seorang pria tua. Seperti sudah ditakdirkan, Khloe bertemu dengan Henrik, mafia gagah tetapi kejam yang berusaha mengubah jalan hidupnya. Meskipun Henrik berpenampilan dingin, dia sangat menyayangi Khloe. Dia membantunya menerima balasan dari para penyiksanya dan mencegahnya diintimidasi lagi.