/0/22196/coverbig.jpg?v=8a8a41f4274a982b5614dafdc237dd36)
Di balik penampilannya yang sederhana, Aria menyimpan tekad kuat untuk bertahan hidup meski bekerja di bawah tekanan seorang atasan kejam, Felicia, yang tak pernah lelah merendahkannya. Namun, hidupnya berubah saat ia bertemu dengan Adrian, pewaris muda kaya raya yang misterius. Adrian, dengan pesona dan kekayaannya, membawa Aria ke dunia yang jauh berbeda dari yang pernah ia kenal. Tapi kehadiran Adrian juga memicu kecemburuan dari Felicia, yang tidak hanya ingin menghancurkan karier Aria, tapi juga berambisi menguasai Adrian. Tetapi, ancaman dari masa lalu Adrian dan dendam orang-orang di sekitarnya tak henti-henti menghantui. Bisakah Aria melawan semuanya, atau justru tenggelam dalam permainan cinta dan kekuasaan?
"Aria, kamu yakin desain ini layak dipresentasikan? Jangan-jangan kamu cuma asal-asalan lagi?" Suara Felicia tajam seperti sembilu, memecah keheningan ruang rapat kecil yang pengap.
Mata Aria terangkat, bertemu dengan tatapan tajam Felicia yang membuatnya seolah ingin lenyap dari tempat itu. Tangannya gemetar saat menggenggam laporan desain yang baru saja ia susun dengan penuh usaha.
"Saya sudah menyesuaikan semua detail sesuai arahan Anda, Bu Felicia," jawabnya dengan suara pelan, berusaha menjaga ketenangannya.
Felicia mendengus, mengambil laporan dari tangan Aria, lalu melemparnya kembali ke meja dengan kasar. "Ini? Detail? Lihat warna ini-terlalu pucat! Dan font ini? Murahan! Kalau kamu tidak bisa membuat sesuatu yang profesional, kenapa kamu masih di sini?"
Ruangan itu hening, hanya diisi oleh napas tertahan beberapa rekan kerja Aria. Beberapa orang saling bertukar pandangan, menahan senyum geli, sementara yang lain pura-pura sibuk dengan laptop mereka, takut menjadi sasaran berikutnya.
Aria menundukkan kepala, mengepalkan tangannya di bawah meja untuk menahan amarah dan rasa malu. Kata-kata Felicia terus berulang di kepalanya seperti gema yang menyakitkan.
"Saya akan memperbaikinya, Bu," ujarnya akhirnya, meski ia tahu permintaan maaf atau janjinya tak akan pernah cukup di mata Felicia.
Felicia hanya melambaikan tangan dengan ekspresi muak. "Cepat lakukan! Jangan tunggu sampai klien melihat hasil kerja seburuk ini!"
Aria mengangguk patuh, lalu kembali ke mejanya dengan langkah berat.
Aria duduk di kursinya, menatap layar laptop yang masih terbuka. Jemarinya bergerak ragu di atas keyboard, mencoba mencari ide untuk memperbaiki desainnya. Namun pikirannya terus terganggu oleh suara Felicia yang menusuk.
"Kenapa selalu aku yang jadi sasaran?" pikir Aria, menahan napas panjang. Ia tahu pekerjaannya tidak sempurna, tapi ia merasa tak pernah diberi kesempatan untuk memperbaiki dirinya.
Beberapa rekan kerja melintas di belakangnya, sengaja melontarkan komentar sinis.
"Kasihan banget si Aria. Selalu kena semprot."
"Ya iyalah, hasil kerjanya biasa-biasa aja. Untung dia nggak langsung dipecat."
Aria tidak menanggapi. Ia hanya mengetatkan rahangnya, mencoba membiarkan semua kata-kata itu berlalu seperti angin. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia merasa terluka.
Sore itu, saat Aria hampir selesai mengerjakan revisi, sebuah notifikasi email masuk. Ia membuka pesan dari Felicia yang hanya berisi satu kalimat:
"Desain revisi harus selesai sebelum pukul 8 malam. Kalau tidak, kamu tahu risikonya."
Aria menahan napas, meremas tangannya di atas meja. Dengan waktu hanya tiga jam, menyelesaikan semua revisi itu nyaris mustahil. Namun ia tidak punya pilihan.
Ia mulai bekerja dengan penuh konsentrasi, jemarinya bergerak cepat di atas keyboard. Beberapa kali ia harus menghapus desainnya sendiri karena merasa belum cukup bagus. Pikirannya terus dihantui kemungkinan terburuk jika ia gagal memenuhi tenggat waktu.
Pukul delapan lewat lima menit, Aria berjalan tergesa-gesa menuju ruang kerja Felicia. Tumpukan kertas desain ada di tangannya. Di tengah perjalanan, ia menabrak seseorang di koridor.
"Maaf!" seru Aria panik, kertas-kertas di tangannya berserakan di lantai.
Pria yang ia tabrak jongkok untuk membantunya mengumpulkan kertas-kertas tersebut. Ia mengenakan jas hitam yang terlihat mahal, dengan rambut rapi dan wajah yang memancarkan aura percaya diri.
"Kamu baik-baik saja?" tanya pria itu dengan nada tenang, memandang Aria dengan tatapan penuh perhatian.
Aria tertegun, sedikit terkejut melihat senyum tipis di wajah pria itu. "Saya baik-baik saja. Terima kasih," jawabnya sambil merapikan kertas-kertasnya.
Pria itu menyerahkan kertas terakhir kepada Aria, lalu berdiri. "Hati-hati kalau jalan. Jangan terlalu sibuk sampai lupa lingkungan sekitar," katanya sebelum melangkah pergi.
Aria hanya bisa memandang punggungnya yang menjauh, bertanya-tanya siapa pria itu. Tapi ia tidak punya waktu untuk mencari tahu. Tugas penting sedang menunggunya.
Saat Aria akhirnya tiba di ruang kerja Felicia, ia disambut dengan tatapan sinis. "Delapan menit terlambat, Aria. Kamu benar-benar tidak punya komitmen, ya," kata Felicia dingin, matanya menyorot penuh kritik.
"Saya minta maaf, Bu. Saya sudah menyelesaikan revisinya," ujar Aria sambil menyerahkan desainnya.
Felicia meliriknya sekilas sebelum melemparkannya ke meja. "Saya akan memeriksanya nanti. Tapi jangan harap ini cukup bagus."
Aria menundukkan kepala, menahan rasa kecewa yang menyesakkan dadanya. Ia keluar dari ruangan itu dengan langkah lemah. Di dalam hatinya, ia mulai bertanya-tanya apakah semua usahanya benar-benar berarti.
Malam itu, Aria tetap di mejanya hingga larut. Lampu kantor sudah banyak yang dimatikan, menyisakan hanya cahaya redup dari layar laptopnya. Ia mengetik dengan lambat, mencoba menyelesaikan revisi lain yang diberikan Felicia beberapa hari sebelumnya.
Namun, pikirannya terus melayang. Ia memikirkan hidupnya yang terasa semakin berat. Tuntutan kerja, tekanan dari atasan, dan rasa tidak dihargai membuatnya merasa terjebak.
"Kenapa aku terus bertahan di sini?" gumamnya pelan, menatap layar kosong di depannya.
Di kejauhan, pria yang ia tabrak sebelumnya berdiri di balik pintu kaca, memperhatikannya dalam diam. Matanya menyiratkan rasa ingin tahu, seolah mencoba memahami siapa wanita yang tampak rapuh tetapi penuh semangat itu.
"Siapa dia?" gumam pria itu pada dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, ia berbalik dan pergi, meninggalkan bayangan panjang di koridor yang sepi.
Aria akhirnya menyandarkan kepalanya di meja, tubuhnya terasa lelah. Ia tahu bahwa kehidupan sebagai karyawan biasa di perusahaan besar ini tidak pernah mudah. Namun, ia tak pernah menyangka bahwa beban ini akan begitu menghancurkan.
Di luar sana, sesuatu sedang bergerak. Sebuah perubahan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya mulai mendekat. Ia hanya belum menyadari bahwa malam ini akan menjadi awal dari cerita yang jauh lebih besar dari sekadar pekerjaannya sebagai desainer kecil.
"Aku harus kuat," gumamnya.
"Pernikahan ini tak pernah kuinginkan, tapi apakah hatiku juga akan berubah?" Rila tak pernah membayangkan hidupnya berubah drastis setelah perjodohan mendadaknya dengan Arga, saingan terberatnya di sekolah sekaligus ketua OSIS yang dingin dan arogan. Di balik wajah tampannya, Arga menyimpan kebencian yang Rila tak pernah mengerti. Bagaimana mungkin ia harus menjadi istri pria yang selalu ingin mengalahkannya? Di tengah pertarungan akademik, cinta segitiga, dan rahasia masa lalu, Rila harus mencari cara untuk bertahan. Namun, apa jadinya jika kebencian perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih manis? Apakah cinta bisa tumbuh di tengah persaingan?
Agatha selalu percaya bahwa cinta sejati akan datang pada waktunya. Namun, siapa sangka takdir mempertemukannya dengan Bintang, pria yang di jodohkan oleh kedua orang tua mereka. Perjodohan yang awalnya hanya dianggap sebagai tradisi kuno, ternyata membuka pintu hatinya yang selama ini terkunci. Meskipun Bintang awalnya menolak, Agatha tidak pernah menyerah. Dengan segala usaha, dia mencoba memenangkan hati Bintang. Namun, bayangan cinta pertama Bintang, Aera, selalu mengintai dan menjadi penghalang. Mampukah dia meraih cinta sejati Bintang? Atau dia hanya akan menjadi pengganti yang tak di harapkan?
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?