/0/16492/coverbig.jpg?v=e0eb82b092970376d0c03ce9f8f19f1d)
Tidak pernah ada dalam bayangan Aruna bahwa ia terpaksa menjadi pengasuh Maira, anak dari CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Tapi ia harus melakukannya jika ingin segera keluar dari rumah yang kini dikuasai ibu tirinya dan membawa serta sang ayah yang lumpuh bersamanya. Tidak pernah ia sangka pula ternyata segala sesuatu setelah bekerja di kediaman CEO itu akan menuntunnya pada suatu hal yang membuatnya berada dalam pilihan berat. Membenci atau menerima. Ketika memilih menjauh dari Maira dan Sang CEO, mampukah Aruna bertahan dengan rasa rindu yang tumbuh subur tanpa bisa ia cegah? Mampukah ketulusan Maira --anak angkat CEO-- dan cinta serta kejujuran Brahmana --Sang CEO-- meluluhkan hati Aruna? "Memaafkanmu sama seperti mengabaikan ayahku. Harus kah ku relakan cinta ini?" -Aruna- "Lari kemana pun kau, akan kutemukan dan kubuat kau tak berdaya dalam kungkungan cintaku." -Brahmana-
PLAK!!
"Jaga kata-katamu itu, Aruna! Kau pikir kau bicara pada siapa?!"
Aruna, gadis yang baru saja ditampar itu menatap nanar pada sang ibu tiri. "Bu, aku tidak mungkin melakukan itu. Aku memiliki Julian, Bu..."
Lisa menatap Aruna dengan mata melebar karena marah. "Apa gunanya itu sekarang? Putra dari keluarga Ishak menyukaimu dan keluarga itu bisa menolong kesulitan keuangan kita! Aku tidak mau tau. Minggu depan kau akan mulai berkencan dengan Anton agar pernikahan kalian bisa dilaksanakan secepatnya!"
"Bu..."
"Sekali-kali jadilah berguna untuk keluarga!" Selesai berkata, Lisa membalikkan tubuh, mengambil tas tangannya dan keluar begitu saja dari rumah.
Aruna terhuyung dan berpegangan pada sandaran sofa dan berusaha duduk dengan menahan sesak di dadanya.
Apa yang tadi dikatakan oleh ibu tirinya itu?
Dirinya harus menikah dengan Anton? Playboy yang terkenal sejak Aruna SMA itu, memang mengejarnya. Aruna selalu menolaknya, karena ia telah memiliki Julian.
Ia dan Julian telah menjalin hubungan sejak lima tahun lalu. Bagaimana bisa ibu tirinya menjadikan ia sebagai alat untuk mengatasi keuangan mereka?
Lagipula, siapa yang telah hidup begitu boros? Menghabiskan sedikit demi sedikit aset-aset yang dulu dimiliki ayah Aruna?
Itu ibu tirinya dan saudara tirinya, Ferliana. Mereka berdua!
Lalu apa tadi yang dikatakan lagi oleh ibunya? Sekali-kali menjadi berguna untuk keluarga?
Ya Tuhan!
Semenjak ayahnya mengalami kecelakaan dan mengalami kebangkrutan perusahaan karena penipuan oleh asisten terpercayanya, dia lah yang menghidupi keluarga ini!
Aruna mengusap pipinya yang terasa panas dan membekas merah. Perlahan ia bangkit dan berjalan menuju kamar ayahnya yang tengah tertidur pulas.
"Ayah..." panggil Aruna pelan saat ia telah berada di tepi tempat tidur ayahnya yang menempati kamar kecil di lantai dua rumah, karena kamar utama ditempati oleh Lisa.
Melihat ayahnya masih terlelap, Aruna memanggil sekali lagi. "Ayah..."
Namun sang ayah tetap bergeming dan tak terbangun oleh panggilan Aruna. Aruna pun menghela napas sedih dan berbalik.
Satu-satunya harapan mungkin dengan meminta bantuan Julian. Ia mengeluarkan ponsel lalu menekan nomor Julian, kekasih Aruna.
"Halo... Jul..."
'Aruna. Kok tumben jam segini menelepon. Biasanya kau sibuk mengurus makan malam ayahmu. Ada apa?' Sebuah suara terdengar dari seberang telepon.
Aruna hendak membuka mulut untuk berkata, namun Julian di seberang sana lebih dulu menyelanya.
'Ah, lupakan. Sebenarnya ini kebetulan kau meneleponku, Aruna. Ada suatu hal yang harus kita bicarakan juga.'
Aruna terkesiap. "Ada apa? Apakah ada sesuatu yang penting? Apa kau masih di kantor?"
Julian terdiam sejenak. 'Tidak, aku sudah pulang dari kantor. Dan ya, ini cukup penting.'
"Ada kaitannya dengan kita?"
'Ya... Ini memang tentang kita,' jawab Julian.
Deg.
Perasaan gelisah serta merta menyerbu hati Aruna. "Ada.. apa tentang kita, Jul?" tanya Aruna hati-hati.
'Emm... Aruna, sebenarnya aku...'
"Jul, apa sebaiknya kita bicara saat ketemu saja? Jika ini masalah penting, lebih baik kita bicara secara langsung," Aruna dengan gugup memotong kalimat Julian. Perasaan gelisah di hatinya kian menjadi.
Entah ada apa, tapi ia seperti hendak menunda Julian mengeluarkan kalimatnya.
"Jul?"
Julian tidak menjawab Aruna beberapa detik. 'Baiklah. Apa kau bisa keluar? Kita ketemu di Browners dalam setengah jam. Apa kau bisa?'
"Tapi... kalau sekarang, ibu baru keluar dan Ferli belum pulang. Tidak ada yang menjaga ayah di rumah," ujar Aruna bingung. "Bagaimana jika besok? Sepulang kantor kita bertemu?"
Setelah beberapa saat, Julian menjawab. 'Oke, besok. Agar tidak terlalu jauh, kita bertemu di Plaza Amerta dekat kantorku saja. Karena aku masih ada yang harus dilakukan setelah jam kantor besok.'
"Baik, besok di Plaza Amerta. Oh, ada coffee shop cukup enak disana. Kita ketemu disana saja."
'Ok.'
Sambungan telepon akhirnya usai setelah beberapa kalimat penutup. Namun rasa gelisah yang terjadi di hati Aruna, sama sekali tak mereda.
Ia hanya berusaha meyakinkan dirinya, bahwa rasa tak nyaman di hatinya ini, semata-mata karena perintah ibu tiri yang meminta dirinya menikah dengan Anton.
Ibu tirinya telah mengumpankan dirinya pada keluarga Ishak untuk mengatasi masalah keuangan mereka.
* * *
Keesokan harinya, seperti yang telah dijanjikan Aruna, ia datang ke Plaza Amerta sepulang kerja. Langkahnya terhenti di depan sebuah coffee shop di lantai tiga Plaza termegah di kotanya.
Aruna mengambil tempat duduk di sudut dekat jendela dengan tanaman artifisial yang ditata cantik di bawah jendela. Ia memesan Iced Mocha Latte dingin lalu menunggu kekasihnya --Julian-- dengan tenang.
Tak begitu lama, ia melihat seorang pria berperawakan cukup tinggi mengenakan setelan kemeja berwarna dadu dipadu celana katun berwarna coklat gelap masuk ke dalam coffee shop dan melambai pada Aruna.
Dengan hati senang Aruna mengangkat tangan untuk membalas lambaian pria itu. Namun tangannya terhenti di udara, saat melihat pria itu tidak datang sendiri.
Seorang wanita berparas cukup cantik dengan polesan make up yang cukup nyata, berjalan di belakang pria itu. Raut wajahnya tampak datar namun mengulas senyum ke arah Aruna saat sang pria menoleh pada wanita itu.
"Ferli? Kenapa dia disini bersama Julian?" bisik Aruna bingung. Namun ia memilih membalas senyuman Ferli, saudara tirinya, lalu menyapa Julian saat mereka akhirnya tiba di meja tempat Aruna berada.
"Kau tidak menunggu lama, kan?" Julian bertanya.
"Tidak, aku baru sampai dan sudah memesan minuman. Apa kau mau aku pesankan juga? Vietnam drip?" Aruna menawarkan dengan senyum kecil di bibir yang ia poles tipis dengan lip tint berwarna nude.
"Tidak perlu. Kami tidak akan lama, Aruna."
"Kami?" Kening Aruna berkerut.
"Ya, aku dan Ferli. Kami ada urusan. Aku akan langsung saja bicara intinya," sahut Julian lalu duduk setelah menggeser kursi di sebelahnya untuk Ferliana.
Tatapan Aruna jatuh pada keduanya bergantian. Ia semakin tidak mengerti mengapa Julian seolah mempersilahkan Ferliana duduk di samping Julian, sementara di sisinya pun masih ada satu kursi kosong.
"Ada... apa Jul?" Kalimat Aruna terdengar pelan dan sedikit ragu. Meskipun belum bisa menebak apa yang akan dibicarakan kekasihnya itu, namun dada Aruna mulai berdentum tak beraturan.
"Begini Aruna, aku tahu kita telah bersama selama lima tahun. Kita menjalani hubungan yang cukup baik.."
"Cukup baik?"
"Tolong jangan dipotong dulu. Biarkan aku selesai," sergah Julian. "Namun ada masa memang aku mengalami titik jenuh dan sedikit bosan."
'Apa? Bosan?' batin Aruna terkejut.
"Saat itulah, terjadi kekhilafan," Julian menjeda kalimatnya.
Aruna menatap kedua mata Julian dengan pandangan kebingungan. Ia bisa menangkap sorot acuh namun juga sedikit kehati-hatian dari mata pria di depannya itu.
Dan sungguh ia tak menduga kalimat berikutnya akan terucap dari Julian, kekasihnya itu.
"Aruna," Julian berdeham. "Sepertinya sudah saatnya kita sudahi hubungan kita. Ferliana sekarang bersamaku."
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Nadia Pamungkas saat ini sedang mengenyam bangku kuliah di Jakarta, dia pikir ide kedua orang tuanya menyuruh tinggal bersama kakak Tasya bukanlah suatu ide buruk. Namun ternyata Ini merupakan malapetaka besar bagi dirinya juga keluarganya terutama kak Tasya. Tasya menikah dengan Aldo pria blasteran Indo Jerman, karena dulu Tasya kuliah di Jerman keduanya akhirnya bertemu kemudian menikah. Kini keduanya sama-sama bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Awalnya tampak biasa, Nadia pun merasakan tidak ada yang janggal dengan suami kakaknya dia begitu baik dan perhatian beda dengan kakaknya yang selalu sibuk, namun semakin lama Aldo berubah dia menunjukkan ketertarikannya pada Nadia, hingga pada akhirnya mereka melakukan satu kesalahan besar. Bagaimana kisah selanjutnya?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"