/0/16392/coverbig.jpg?v=20240114181211)
Dinda adalah seorang istri dengan satu anak, yang selalu menuruti perkataan suaminya, kesekian kalinya harus menerima sikap Liar suaminya yang kembali memiliki selingkuhan. Keadaan ekonomi dan ancaman Iqbal yang akan mengambil putri mereka, membuat Dinda terpaksa diam melihat suaminya memiliki selingkuhan diluar sana. Namun Dinda tidak tinggal diam, saat mengetahui suaminya menikahi selingkuhannya dan dengan tega membawanya kerumah mereka. Bagaimana cara Dinda agar terlepas dari pernikahan dengan suaminya Iqbal, belum lagi sifat Benalu Madu dan mertuanya yang selalu datang ingin merebut semua barang milik Dinda. Tunggu kelanjutannya ya. ,
"Mas, aku minta uang belanja Mas, uang 50 ribu yang Mas beri minggu lalu sudah habis Dinda belanjakan, Mas!" pintaku kepada Mas Iqbal, yang sedang memakai sepatunya hendak berangkat bekerja sebagai pegawai lurah di kampung ini.
Suamiku Mas Iqbal sudah hampir setahun lalu diangkat menjadi pegawai Kelurahan, yang dulunya hanya bekerja sebagai petugas kebersihan di kelurahan, sekarang Mas Iqbal telah diangkat menjadi pegawai Kelurahan setelah majikan tempat ku sering mencuci pakaian, mengetahui jika Mas Iqbal adalah suamiku, yang mana majikanku yang membantu menjadikan Mas Iqbal pegawai kelurahan dengan bantuan kenalannya.
Namun beberapa bulan terakhir, sikap Mas Iqbal kepadaku mulai berubah, yang dulunya Mas Iqbal tida pernah membentakku sekarang Mas Iqbal sudah mulai memarahiku tanpa aku mengetahui letak kesalahanku.
"Dinda..! Apa kau tidak melihat, Mas baru akan berangkat bekerja, masih pagi kau sudah menjulurkan tangan seenaknya meminta uang kepada, Mas!"
Mas Iqbal kembali membentakku, yang mana suara Mas Iqbal cukup nyaring hingga membuatku terdiam dengan mata terkejut mendengarnya.
Walaupun bukan kali ini Mas Iqbal membentakku, namun aku tetap saja masih merasa sakit hati, saat melihat tatapan mata Mas Iqbal penuh kemarahan menatap ke arahku.
"Tapi, uang yang Mas beri minggu lalu sudah habis, Mas! Tidak mungkin aku ke warung untuk berhutang lagi, Mas. Mas sendiri tahu jika hutang kita di warung sudah menumpuk yang sama sekali Mas belum ada membayarnya,"
Aku kembali mengingatkan Mas Iqbal tentang beberapa hutang kami yang telah menumpuk di warung Mpok Inem, yang tidak jauh dari rumah Ibu mertuaku, satu pun belum kami lunasi.
Hanya di Mpok Inem, yang sering memberiku pinjaman saat aku tidak memiliki uang selain di pok Inem, tidak ada warung yang ingin memberiku pinjaman karena Mas Iqbal tidak pernah mau membayarnya, aku membuang nafas kasar saat kembali merasa sesak saat mengingat semuanya.
"Dinda, ingat! Itu adalah hutangmu dan bukan hutang, Mas. Jadi yang seharusnya membayarnya itu adalah kamu, bukan Mas. Jika kamu ingin melunasi hutangmu, sana kamu harus lebih giat bekerjanya, biar bisa menghasilkan uang yang banyak jangan hanya tahu meminta kepada, Mas!" Mas Iqbal yang marah kembali memberi tatapan tajam ke arahku, membuatku menutup rapat bibirku.
Aku hanya diam mendengar apa yang baru saja di katakan Mas Iqbal kepadaku, tanpa mencoba untuk membela diri.
Aku takut jika Mas Iqbal sudah merasakan amarah yang memuncak, bisa saja Mas Iqbal kembali melayangkan pukulan ke arahku, bukan sekali dua kali aku menerima pukulan dari tangan Mas Iqbal kepadaku, setiap kali aku membantah perkataannya, Mas Iqbal pasti akan memukulku tanpa merasa iba.
"Jadi aku dan Nela harus makan apa, Mas? Kasihan Nela, Mas. Sudah sering Nela memahan lapar Mas. Apa pagi ini kami juga harus kembali menahan lapar, Mas?" kutatap Mas Iqbal saat mengatakannya.
"Nela juga sudah lama menginginkan untuk memakan lauk ayam, Mas. Yang mana aku hanya bisa memberinya lauk ikan asin di piringnya!" air mataku menetes saat kembali mengingat permintaan putriku, sembari aku menatap Mas Iqbal, dan berharap Mas Iqbal akan luluh setelah mendengar jika putriku Nela, ikut merasakan kesusahan yang kami alami.
Mas Iqbal memiliki gaji yang besar, tetapi semua uang miliknya dia berikan kepada Ibu dan adik iparku, tidak jarang sisa uang Mas Iqbal habis untuk memanjakan selingkuhannya, yang aku tau dari beberapa tetangga yang melihat Mas Iqbal, jalan dengan wanita selingkuhannya.
"Alah...itu urusanmu, Dinda! Lagi pula itu anakmu, jangan membebani Mas dengan permintaan bodohmu itu kepada, Mas. Jika kamu ingin makan, lebih baik kau cari pekerjaan tambahan di luar sana jangan hanya mengandalkan dari upahmu sebagai buruh cuci yang tidak seberapa," balas Mas Iqbal dengan wajahnya yang memerah marah, yang membuatku membulat mendengarnya.
Aku tidak menyangka jika suamiku Mas Iqbal semakin tega kepadaku dan juga putrinya, entah apa yang terjadi dengan Mas Iqbal sehingga bisa berubah seperti sekarang ini, apa ini karena Mas Iqbal telah bekerja sebagai pegawai Kelurahan, sehingga membuat Mas Iqbal berubah sikap kepadaku.
"Minggir sana! Mas sudah terlambat berangkat bekerja, Ini semua gara-gara kamu Dinda, jika sampai Mas kena omel dengan atasan Mas, kamu yang akan Mas beri pelajaran," bentaknya.
Kemudian Mas Iqbal mendorong tubuhku menjauh, yang kemudian melangkah melewati ku tanpa merasa iba sedikit pun kepadaku.
Entah apa yang saat ini dipikirkan Mas Iqbal, sehingga Mas Iqbal sudah tidak memiliki rasa iba kepadaku dan juga putrinya Nela.
"Bu, Nela lapar!"
Aku menoleh melihat ke arah putriku, yang berdiri dengan beruraian air mata menatapku, mungkin karena Nela melihat sikap kasar Mas Iqbal kepadaku barusan, yang membuat putriku Nela bercucuran air mata seperti ini.
"Nela kenapa menangis, tidak apa-apa ada ibu disini. Nela lapar?" tanyaku mengusap pipi putriku yang berurain air mata, yang dibalas anggukan kepala putriku.
"Sebentar ya, Nak. Biar ibu keluar untuk mencari pinjaman, siapa tahu ada yang akan memberi kita uang untuk membeli makanan pagi ini." ucapku membujuk putriku Nela, agar mau bersabar menungguku yang akan keluar mencari pinjaman untuk mengganjal perut kami.
Nela mengangguk dan kemudian berbalik masuk ke dalam kamarnya, Melihat kepergian putriku, aku juga beranjak untuk keluar mencari pinjaman yang mungkin masih bisa aku dapatkan pagi ini.
"Mas, aku minta uang belanja Mas, uang 50 ribu yang Mas beri minggu lalu sudah habis Dinda belanjakan, Mas!" pintaku kepada Mas Iqbal, yang sedang memakai sepatunya hendak berangkat bekerja sebagai pegawai lurah di kampung ini.
Suamiku Mas Iqbal sudah hampir setahun lalu diangkat menjadi pegawai Kelurahan, yang dulunya hanya bekerja sebagai petugas kebersihan di kelurahan, sekarang Mas Iqbal telah diangkat menjadi pegawai Kelurahan setelah majikan tempat ku sering mencuci pakaian, mengetahui jika Mas Iqbal adalah suamiku, yang mana majikanku yang membantu menjadikan Mas Iqbal pegawai kelurahan dengan bantuan kenalannya.
Namun beberapa bulan terakhir, sikap Mas Iqbal kepadaku mulai berubah, yang dulunya Mas Iqbal tida pernah membentakku sekarang Mas Iqbal sudah mulai memarahiku tanpa aku mengetahui letak kesalahanku.
"Dinda..! Apa kau tidak melihat, Mas baru akan berangkat bekerja, masih pagi kau sudah menjulurkan tangan seenaknya meminta uang kepada, Mas!"
Mas Iqbal kembali membentakku, yang mana suara Mas Iqbal cukup nyaring hingga membuatku terdiam dengan mata terkejut mendengarnya.
Walaupun bukan kali ini Mas Iqbal membentakku, namun aku tetap saja masih merasa sakit hati, saat melihat tatapan mata Mas Iqbal penuh kemarahan menatap ke arahku.
"Tapi, uang yang Mas beri minggu lalu sudah habis, Mas! Tidak mungkin aku ke warung untuk berhutang lagi, Mas. Mas sendiri tahu jika hutang kita di warung sudah menumpuk yang sama sekali Mas belum ada membayarnya,"
Aku kembali mengingatkan Mas Iqbal tentang beberapa hutang kami yang telah menumpuk di warung Mpok Inem, yang tidak jauh dari rumah Ibu mertuaku, satu pun belum kami lunasi.
Hanya di Mpok Inem, yang sering memberiku pinjaman saat aku tidak memiliki uang selain di pok Inem, tidak ada warung yang ingin memberiku pinjaman karena Mas Iqbal tidak pernah mau membayarnya, aku membuang nafas kasar saat kembali merasa sesak saat mengingat semuanya.
"Dinda, ingat! Itu adalah hutangmu dan bukan hutang, Mas. Jadi yang seharusnya membayarnya itu adalah kamu, bukan Mas. Jika kamu ingin melunasi hutangmu, sana kamu harus lebih giat bekerjanya, biar bisa menghasilkan uang yang banyak jangan hanya tahu meminta kepada, Mas!" Mas Iqbal yang marah kembali memberi tatapan tajam ke arahku, membuatku menutup rapat bibirku.
Aku hanya diam mendengar apa yang baru saja di katakan Mas Iqbal kepadaku, tanpa mencoba untuk membela diri.
Aku takut jika Mas Iqbal sudah merasakan amarah yang memuncak, bisa saja Mas Iqbal kembali melayangkan pukulan ke arahku, bukan sekali dua kali aku menerima pukulan dari tangan Mas Iqbal kepadaku, setiap kali aku membantah perkataannya, Mas Iqbal pasti akan memukulku tanpa merasa iba.
"Jadi aku dan Nela harus makan apa, Mas? Kasihan Nela, Mas. Sudah sering Nela memahan lapar Mas. Apa pagi ini kami juga harus kembali menahan lapar, Mas?" kutatap Mas Iqbal saat mengatakannya.
"Nela juga sudah lama menginginkan untuk memakan lauk ayam, Mas. Yang mana aku hanya bisa memberinya lauk ikan asin di piringnya!" air mataku menetes saat kembali mengingat permintaan putriku, sembari aku menatap Mas Iqbal, dan berharap Mas Iqbal akan luluh setelah mendengar jika putriku Nela, ikut merasakan kesusahan yang kami alami.
Mas Iqbal memiliki gaji yang besar, tetapi semua uang miliknya dia berikan kepada Ibu dan adik iparku, tidak jarang sisa uang Mas Iqbal habis untuk memanjakan selingkuhannya, yang aku tau dari beberapa tetangga yang melihat Mas Iqbal, jalan dengan wanita selingkuhannya.
"Alah...itu urusanmu, Dinda! Lagi pula itu anakmu, jangan membebani Mas dengan permintaan bodohmu itu kepada, Mas. Jika kamu ingin makan, lebih baik kau cari pekerjaan tambahan di luar sana jangan hanya mengandalkan dari upahmu sebagai buruh cuci yang tidak seberapa," balas Mas Iqbal dengan wajahnya yang memerah marah, yang membuatku membulat mendengarnya.
Aku tidak menyangka jika suamiku Mas Iqbal semakin tega kepadaku dan juga putrinya, entah apa yang terjadi dengan Mas Iqbal sehingga bisa berubah seperti sekarang ini, apa ini karena Mas Iqbal telah bekerja sebagai pegawai Kelurahan, sehingga membuat Mas Iqbal berubah sikap kepadaku.
"Minggir sana! Mas sudah terlambat berangkat bekerja, Ini semua gara-gara kamu Dinda, jika sampai Mas kena omel dengan atasan Mas, kamu yang akan Mas beri pelajaran," bentaknya.
Kemudian Mas Iqbal mendorong tubuhku menjauh, yang kemudian melangkah melewati ku tanpa merasa iba sedikit pun kepadaku.
Entah apa yang saat ini dipikirkan Mas Iqbal, sehingga Mas Iqbal sudah tidak memiliki rasa iba kepadaku dan juga putrinya Nela.
"Bu, Nela lapar!"
Aku menoleh melihat ke arah putriku, yang berdiri dengan beruraian air mata menatapku, mungkin karena Nela melihat sikap kasar Mas Iqbal kepadaku barusan, yang membuat putriku Nela bercucuran air mata seperti ini.
"Nela kenapa menangis, tidak apa-apa ada ibu disini. Nela lapar?" tanyaku mengusap pipi putriku yang berurain air mata, yang dibalas anggukan kepala putriku.
"Sebentar ya, Nak. Biar ibu keluar untuk mencari pinjaman, siapa tahu ada yang akan memberi kita uang untuk membeli makanan pagi ini." ucapku membujuk putriku Nela, agar mau bersabar menungguku yang akan keluar mencari pinjaman untuk mengganjal perut kami.
Nela mengangguk dan kemudian berbalik masuk ke dalam kamarnya, Melihat kepergian putriku, aku juga beranjak untuk keluar mencari pinjaman yang mungkin masih bisa aku dapatkan pagi ini.
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.