/0/15487/coverbig.jpg?v=8a13e1be8079fab7e08afaaa28dc8863)
Vyora Arabelle sosok wanita yang merelakan impian terbesarnya demi menikahi pria yang ia cintai. Pernikahan tanpa restu menjadi bumerang besar untuknya. Awalnya pernikahannya tampak baik-baik saja. Namun, lambat laun suaminya yang terbiasa bergelimang harta. Dengan bujuk rayuan keluarganya ia tega meninggalkan Vyora. Pernikahan yang seharusnya membuatnya bahagia justru menjadi awal kesedihannya. Saat Vyora berada dalam keterpurukkannya. Datang sosok pria tampan yang tiba-tiba menawarkannya bantuan untuk membalas semua keburukan mantan suaminya. Karena rasa sakit dan hinaan yang di terimanya. Vyora tertarik untuk membalaskan semua perbuatannya padanya. Dengan keterlibatannya Vyora dan pria itu. Bagaimana kelanjutan hubungan keduanya? Akankah Vyora jatuh cinta pada sosok pria penolongnya atau justru Vyora masih terjebak dengan mantan suaminya.
Wanita berpenampilan sederhana namun tetap tak bisa menyembunyikan paras cantiknya terlihat menunggu lampu hijau berganti merah. Wanita itu dengan tak sabar ingin segera berlari menemui seseorang. Dengan amplop putih di tangannya. Wanita itu terus memandangnya dengan penuh kebahagiaan. Sebentar lagi ia akan mendapatkan impiannya. Ini seperti mimpi baginya. Sedikit lagi ia mampu menggenggamnya.
"Aku tidak sabar ingin memberitahunya." Wanita itu berbicara dengan dirinya sendiri sambil menatap amplop putih di tangannya.
Waktu telah menghitung mundur. Lampu hijau kini berubah menjadi merah. Banyak pejalan kaki yang berdesakan untuk berebut berjalan di zona Zebra Cross. Tubuhnya yang kurus membuatnya terpontang-panting. Amplop putih yang dipegangnya tanpa sengaja terjatuh. Amplop putih yang sangat berarti untuknya. Wanita itu terlihat menunduk mencarinya. Desakan pejalan kaki membuat amplop putih terus berpindah tempat. Wanita itu terlihat kesulitan mengambilnya. Saat sudah tak terlalu banyak pejalan kaki. Wanita itu akhirnya mendapatkan amplop putihnya.
Amplop putih yang tadinya bersih menjadi kotor. Bukannya langsung menyeberang. Wanita itu terlihat membersihkan amplop putih miliknya dengan mimik sedih. Tanpa ia sadari lampu lalu lintas telah berubah hijau. Ia yang masih berdiri di tengah jalan membuat banyak kendaraan membunyikan klakson.
Setelah menyadari kesalahannya. Wanita itu segera menunduk meminta maaf sebelum akhirnya berjalan meninggalkan jalan raya.
Tanpa wanita itu sadari. Dari tadi terdapat pria misterius yang mengamatinya. Kaca mobilnya yang gelap membuatnya tak terlihat dari luar.
"Kau masih orang yang sama. Hatimu sangat lembut," ucap pria itu dengan mata yang memandang kepergiannya.
Sudah sangat lama ia tidak tahu kabar wanita itu. Semenjak kematian saudaranya ia harus pindah ke luar negeri. Siapa yang akan mengira. Takdir mempertemukannya kembali meski ia tak yakin wanita itu masih mengenalinya.
"Jalan, Pak."
*****
Mimik wajah wanita itu masih terlihat sedih saat melihat amplop putihnya yang tak bisa sebersih awal. Ia menyesali kecerobohannya. Untung saja lembaran di dalamnya masih baik-baik saja.
"Kenapa aku ceroboh sekali. Untung saja aku tidak kehilanganmu," ungkapnya dengan penuh penyesalan.
Setelah memastikan amplop putihnya masih aman. Wanita itu melanjutkan kembali langkahnya. Dengan penuh keyakinan wanita itu memasuki sebuah Cafe. Baru ia membuka pintu Cafe. Ia langsung disambut lambaian tangan seorang pria yang sangat ia cintai. Semenjak kedua orang tuanya yang meninggal dalam kecelakaan. Wanita itu hidup sebatang kara. Saat ini ia hanya memiliki pria itu sebagai keluarganya.
"Vyora!" seru pria itu sambil melambaikan tangan ke arahnya.
Ya, wanita itu bernama Vyora Arabelle. Ia tersenyum dan membalas lambaian pria itu dengan ekspresi bahagianya.
"Apa kau sudah lama menungguku?" tanya Vyora.
"Tidak, aku baru saja datang," ucapnya.
"Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin bertemu denganku? Apa semua baik-baik saja, Vin?" tanya Vyora khawatir pada sosok kekasihnya yang sering dipanggilnya Kevin Diaskara.
Wajah Kevin terlihat murung. Semenjak kedatangannya. Kevin terus menekuk wajahnya.
Vyora memegang lengannya. "Vin, aku sedang bertanya padamu. Apa semuanya baik-baik saja?"
Kevin menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya mengangkat wajahnya.
"Aku habis bertengkar dengan papa," ucapnya.
Saat Kevin mengatakannya. Vyora merasa bersalah padanya. Ini pasti karenanya. Dari dulu orang tua Kevin tak pernah merestui hubungannya. Vyora sempat ingin menyerah. Vyora yang tak ingin memisahkan anak dan orang tuanya. Vyora mengalah. Namun, karena keyakinan dan keteguhan hati Kevin. Akhirnya Vyora tak menyerah begitu saja. Kevin memberinya keyakinan jika nantinya orang tuanya pasti merestuinya.
"Apa karena hubungan kita lagi?" tanya Vyora sedih.
Melihat kesedihan di mata Vyora membuatnya tak tega. Kevin yang sangat mencintainya. Tak mungkin ia ingin melepaskannya begitu saja. Tak ingin membuatnya sedih. Kevin mencoba mengelak. Melihat amplop putih yang dipegangnya. Kevin tampak penasaran.
"Amplop apa itu?" tanya Kevin.
Vyora yang tadinya penuh semangat ingin memberitahunya. Melihat situasi yang tidak baik-baik saja. Tiba-tiba ia ingin mengurungkannya. Ia pikir ini bukan waktu yang tepat memberitahunya. Mungkin ia bisa memberitahunya di lain waktu.
"Ah, ini. Tidak, ini bukan apa-apa. Itu tidak penting." Vyora segera menyembunyikan amplop putih miliknya di dalam tasnya.
"Kamu tadi belum menjawabku. Apa benar kau bertengkar karena hubungan kita?" Kevin yang tak menjawab membuatnya harus bertanya lagi.
"Kau tidak perlu memikirkannya. Lebih baik kita pesan makanan. Aku sangat lapar." Tak ingin Vyora yang ke pikiran. Kevin tak ingin membahas lagi permasalahannya.
Mereka memutuskan menyudahi pembicaraannya. Keduanya menikmati makanannya dengan penuh bahagia. Meski di wajah keduanya tak dapat menampik jika mereka masih memikirkannya.
*****
"Maaf, aku tidak bisa mengantarmu." Kevin sangat menyesali tak bisa mengantar Vyora pulang. Karena dirinya yang tiba-tiba mendapat telepon dari sekretarisnya. Terpaksa ia harus kembali ke perusahaan.
"Tidak apa, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku bisa memesan Taksi," ucap Vyora.
"Tetap saja aku merasa bersalah padamu. Aku yang mengajakmu bertemu. Tapi, aku harus segera pergi," sesalnya.
Karena kesibukannya di perusahaan. Membuat Kevin jarang dapat bertemu dengan Vyora. Entah kenapa Kevin mencurigai ayahnya. Bisa saja ayahnya sengaja membuatnya sibuk agar tidak bisa menemui Vyora.
"Aku masih sangat merindukanmu," ucap Kevin.
Mendengar itu Vyora tersenyum. Tidak hanya Kevin yang merindukannya. Begitu pula dengan dirinya. Ia juga sangat merindukannya. Namun, karena kesibukan sang kekasih. Vyora tak ingin menambah bebannya. Vyora harus bisa memahaminya.
"Beri aku pelukan." Vyora merentangkan kedua tangannya. Tak lama Kevin datang memeluknya. Keduanya yang merasakan kenyamanan. Mereka terlihat saling tak ingin melepaskan pelukan.
"Kau harus segera pergi," ucap Vyora meski keduanya masih saling berpelukan. Mereka tampak tak rela melepaskannya.
"Lima menit lagi," ucap Kevin menenggelamkan pelukannya di leher Vyora.
"Tidak, nanti kau terlambat. Jangan buat papamu marah lagi padamu."
Mendengar kata yang keluar dari mulut Vyora membuatnya melepaskan pelukannya.
"Baiklah." Kevin melepaskan pelukannya dengan perasaan berat.
Seperti masih sulit melepaskannya. Perlahan Kevin melepaskan genggaman tangannya padanya.
"Aku pergi?!"
"Ya, hati-hati. Jangan ngebut," ucap Vyora.
"Em."
Kevin melambaikan tangannya. Setelah kepergian Kevin. Vyora tampak menekuk wajahnya menyesal. Ia yang tadinya ingin memberitahu kabar baik padanya. Karena waktunya yang tak tepat ia harus mengurungkannya.
Dengan memaksa dirinya tersenyum. "Masih banyak waktu. Aku masih bisa memberitahunya lain kali."
*****
Waktu kepergiannya ke Jerman tinggal tiga hari lagi. Kesibukan Kevin membuatnya kesulitan mencari waktu yang tepat. Ia tak tahu ekspresi apa yang akan ditunjukkan Kevin nantinya.
"Vyora, maaf aku terlambat." Vyora membalas dengan senyuman.
Melihatnya yang tampak kelelahan membuatnya kasihan. Kevin pasti banyak pekerjaan. Karena pertemuannya, Kevin harus meninggalkan pekerjaannya. Vyora tampak menyesalinya.
"Tidak apa, kau pasti sangat capek. Maaf, tak seharusnya aku mengganggumu," ucap Vyora.
"Kau tidak perlu meminta maaf, Vio. Lagian, aku juga ingin membicarakan suatu yang penting padamu," kata Kevin.
Kevin yang mengingat tujuan awal bertemu dengan Vyora. "Bukankah kau ingin bertemu denganku karena ingin membicarakan sesuatu juga?"
"Benar, tapi kau bisa memberitahuku terlebih dulu. Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, Vin. Sepertinya itu sangat penting," ucap Vyora penasaran.
"Ya, ini sangat penting. Tapi kau bisa memberitahuku dulu. Sebenarnya ada apa tiba-tiba ingin bertemu denganku."
Vyora dengan ragu mengambil amplop putih di tasnya. Tak langsung menyerahkannya.
"Sebenarnya sudah lama aku ingin memberitahumu. Namun, aku rasa ini waktu yang paling tepat."
Kevin menatap amplop putih. Itu sebuah amplop yang sama saat dilihatnya waktu itu. Dengan perlahan Vyora menyerahkan amplop putih itu padanya.
"Sebenarnya apa ini?" tanya Kevin penasaran. Di luar amplop putih tertulis nama salah satu Universitas terbaik di Jerman. Kevin tahu negara Jerman terkenal dengan kampus seni. Terutama musiknya.
"Kau bisa membukanya," ujar Vyora.
Dengan perlahan Kevin mulai membuka lembaran di dalamnya. Dan benar saja. Sesuai dugaannya. Kevin sangat tahu menjadi pianis merupakan cita-cita terbesarnya. Tapi, kenapa harus sekarang. Kenapa di saat ia telah mengambil keputusan besar justru Vyora akan meninggalkannya.
"Tiga hari lagi?" Kevin menyipitkan matanya.
"I-iya," jawabnya.
"Kenapa baru memberitahuku sekarang?" ucap Kevin kecewa.
"Maaf, aku sudah ingin memberitahumu dari lama. Tapi, selalu saja waktunya tak tepat." Vyora mencoba menjelaskannya.
"Lalu, apa kau pikir sekarang waktu yang tepat untuk memberitahuku?" Suara Kevin agak mengeras.
"Ma-maaf." Vyora tidak tahu harus berkata apa selain meminta maaf.
"Kau tahu apa yang ingin aku katakan padamu?"
Vyora yang tak tahu hanya menunduk dan menggeleng.
"Orang tuaku ingin menjodohkanku dengan rekan bisnisnya," ungkap Kevin.
Vyora yang tadinya menunduk berganti menatapnya.
"A-apa?"
"Ya, mereka ingin menjodohkanku. Dan kau tahu apa yang aku katakan padanya?" Sekali lagi Kevin mengajukan pertanyaan yang tak mampu dijawabnya.
"Aku menolaknya, Vyora. Bukan hanya itu. Aku bahkan rela meninggalkan semuanya demi mempertahankan hubungan kita." Kevin mengusap wajahnya kecewa. Vyora tak tahu harus berkata apa. Vyora hanya menangis.
"Dan tinggal tiga hari lagi kau baru mengatakannya," lanjut Kevin dengan penuh kekecewaan.
"Kalau begitu, kau bisa pergi bersamaku." Entah kenapa Vyora tiba-tiba ke pikiran ingin mengajak pergi bersamanya.
Masalahnya, itu bukan solusi yang mudah. Jika saja Vyora memberitahunya dari awal Kevin bisa menyiapkannya. Namun, saat ia benar-benar telah menyerahkan semua fasilitas yang diberikan orang tuanya padanya. Itu tidak memungkinkan.
"Jika saja kau mengatakannya dari awal. Mungkin aku bisa memikirkannya. Orang tuaku telah memblokir semua kartu kreditku. Aku bahkan tak yakin uang tabunganku cukup untuk mencukupi kehidupanku."
Vyora sangat ingin pergi ke Jerman. Impiannya yang sudah di depan mata tak mungkin ia melepaskannya begitu saja.
"Kalau kau berpikir ingin menjalin hubungan jarak jauh. Maaf, Vyora. Aku tidak bisa. Lebih baik aku melepaskanmu daripada tetap berhubungan tapi kita berjauhan," ucap Kevin.
"Jika kau ingin tetap mempertahankan hubungan kita. Lepaskan impianmu. Dan menikahlah denganku," lanjutnya.
"Jika kau memilihku. Temui aku."
Kevin meninggalkannya begitu saja. Vyora tak bisa menahan lagi tangisnya. Kevin sangat penting baginya. Tapi impiannya juga sangat penting untuknya. Seandainya ia bisa memilih. Vyora ingin memiliki keduanya. Mungkin itu terdengar egois. Tapi, kalau disuruh memilih salah satu. Ia tidak bisa. Keduanya sangat penting untuknya.
Dengan sisa air matanya. Vyora dengan terburu-buru mengambil amplop putihnya dan memasukkannya asal ke dalam tas. Saat dalam perjalanan pergi. Tanpa sengaja Vyora menabrak seseorang.
"Maaf." Vyora menunduk meminta maaf tanpa melihatnya. Dengan terburu-buru Vyora pergi. Tanpa ia sadari amplop putihnya yang dimasukkan asal ke dalam tasnya terjatuh.
Pria itu yang menyadari amplop putih terjatuh di depannya ia mengambilnya. Itu pasti milik wanita yang menabraknya. Pria itu segera memanggilnya.
"Tunggu!"
Mendengar suara pria itu memanggilnya. Vyora berhenti. Pikiran negatif tiba-tiba terlintas di benaknya. Vyora menghapus sisa air matanya. Ia terlalu malu untuk memperlihatkan air matanya di depan orang tak dikenalnya.
"Iya."
Pria itu menghampirinya dan memberikan kembali amplop putih miliknya.
"Kau menjatuhkannya."
Vyora menerimanya. "Terima kasih."
Setelah menerima kembali amplop putihnya. Vyora melangkah pergi meninggalkannya.
"Dia benar-benar tidak mengenalku," ucap pria itu dengan sendu.
"Jerman? Apa dia akan pergi ke Jerman?" Pria itu terlihat tersenyum miris. Baru saja takdir mempertemukannya kembali. Tapi, karena takdir pula ia harus mengetahui fakta jika wanita yang diam-diam ia kagumi akan pergi ke Jerman. Sungguh sangat menyakitkan takdir yang harus ia terima.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Riani sangat menyayangi pacarnya. Meskipun pacarnya telah tidak bekerja selama beberapa tahun, dia tidak ragu-ragu untuk mendukungnya secara finansial. Dia bahkan memanjakannya, agar dia tidak merasa tertekan. Namun, apa yang pacarnya lakukan untuk membalas cintanya? Dia berselingkuh dengan sahabatnya! Karena patah hati, Riani memutuskan untuk putus dan menikah dengan seorang pria yang belum pernah dia temui. Rizky, suaminya, adalah seorang pria tradisional. Dia berjanji bahwa dia akan bertanggung jawab atas semua tagihan rumah tangga dan Riani tidak perlu khawatir tentang apa pun. Pada awalnya, Riani mengira suaminya hanya membual dan hidupnya akan seperti di neraka. Namun, dia menemukan bahwa Rizky adalah suami yang baik, pengertian, dan bahkan sedikit lengket. Dia membantunya tidak hanya dalam pekerjaan rumah tangga, tetapi juga dalam kariernya. Tidak lama kemudian, mereka mulai saling mendukung satu sama lain sebagai pasangan yang sedang jatuh cinta. Rizky mengatakan dia hanyalah seorang pria biasa, tetapi setiap kali Riani berada dalam masalah, dia selalu tahu bagaimana menyelesaikan masalahnya dengan sempurna. Oleh karena itu, Riani telah beberapa kali bertanya pada Rizky bagaimana dia bisa memiliki begitu banyak pengetahuan tentang berbagai bidang, tetapi Rizky selalu menghindar untuk menjawabnya. Dalam waktu singkat, Riani mencapai puncak kariernya dengan bantuannya. Hidup mereka berjalan dengan lancar hingga suatu hari Riani membaca sebuah majalah bisnis global. Pria di sampulnya sangat mirip dengan suaminya! Apa-apaan ini! Apakah mereka kembar? Atau apakah suaminya menyembunyikan sebuah rahasia besar darinya selama ini?
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih