Menjadi istri yang diterima baik di keluarga suami adalah impian semua wanita, termasuk aku. Namun ternyata aku tak seberuntung itu. Bukan kebahagiaan yang kudapat, aku malah dihadapkan dengan ipar dan mertua yang licik dan kejam Bukan aku tidak bersyukur karena menjadi menantu dari keluarga yang berada, namun apakah pantas aku diperlakukan seperti budak di rumah suamiku sendiri. Hanya karena aku lulusan SMA, sedangkan seluruh keluarga suamiku lulusan Sarjana, sehingga mereka menghinaku semau mereka. Apakah memang aku pantas diperlakukan seperti ini? Tentu tidak, setelah aku menemukan jalanku dan pundi-pundi uang sangat mudah kudapatkan, aku membungkam mulut mereka dengan kesuksesan.
Siang itu aku sedang istirahat di kamar. Setelah selesai mengerjakan semua pekerjaan rumah rasanya badan ini sangat lelah dan ingin sejenak untuk merebahkan diri di kasur yang tak terlalu empuk namun sangat nyaman untukku itu.
"Punya mantu nggak tau diri, udah numpang malah seenaknya sendiri," ucap ibu mertuaku di luar sana yang sengaja mengeraskan suaranya agar aku dapat mendengarnya.
Seketika jantungku berhenti berdetak. Memang itu bukan kali pertama ibu mertuaku berkata jahat dan menyindirku seperti itu. Sejak aku menikah tiga tahun yang lalu dengan Mas Miko, ibu mertuaku memang sangat membenciku.
Aku hanya bisa ngelus dada tiap kali ibu mertua menyindirku seperti itu.
"Coba kalo dulu Miko mau dengerin aku dan mau dijodohkan dengan Salma, pasti hidupnya akan lebih bahagia. Pasti sekarang sudah punya anak. Nggak mandul kayak istrinya itu," ucap ibu mertuaku yang membuatku sangat sakit hati.
Mengenai apapun aku bisa menahan hinaan ibu mertuaku, tapi tentang anak apalagi sampai mengataiku mandul, aku tak bisa untuk tak menangis. Di dalam kamarku, aku menangis sejadi-jadinya.
Bukannya mengakhiri hinaannya padaku, namun ibu mertuaku masih terus melontarkan kata-kata yang membuatku sangat sakit hati. Meski aku tidak berhadapan langsung dengannya, tapi aku bisa mendengar dan merasakan semua hinaan yang ibu mertuaku tujukan kepadaku.
"Punya istri miskin, nggak bisa diandelin. Bisanya cuma ngabisin uang suaminya saja," ucap ibu mertua yang masih melanjutkan hinaannya padaku.
Aku hanya bisa menangis di kamar mendengar hinaan demi hinaan yang ibu mertuaku lontarkan padaku. Di rumah ini hanya ada Mas Miko yang sangat mengertiku, tapi siang itu Mas Miko sedang bekerja, sehingga tak ada siapapun lagi yang bisa menguatkanku.
"Ada apa sih Bu?" ucap ayah mertuaku yang baru datang entah darimana.
"Itu lo Pak, saya benci banget sama istri Miko. Coba aja dulu dia mau dijodohkan sama si Salma, pasti sekarang kita sudah punya cucu," jawab ibu mertuaku kepada ayah mertua.
"Iya Bu, emang jauh sekali sama si Salma. Selain berpendidikan tinggi dia juga anak orang kaya, jadi lebih selevel sama keluarga kita. Lha yang ini, udah lulusan SMA dari keluarga miskin lagi," balas ayah mertuaku yang membuat tangisanku semakin pecah.
Bukannya menasehati istrinya, ayah mertuaku malah ikut menghinaku. Betapa sangat hancur hatiku saat itu. Tak ada tempatku untuk mengadu.
"Coba Bapak lihat, baru jam sebelas loh ini, dia malah sudah masuk ke kamarnya dan itu nanti sampai sore baru keluar setelah Miko pulang bekerja, bener-bener menantu tak tau diri," lanjut ibu mertuaku yang masih terus mencari kesalahanku.
Mendengar tentang penuturan ibu mertuaku yang mengatakan aku hanya di dalam kamar sampai sore, aku tak terima. Aku segera mengusap air mataku dan memutuskan untuk keluar dari dalam kamar.
Ternyata ayah dan ibu mertuaku sedang duduk di sofa yang tak jauh dari kamarku. Mereka melihatku yang baru keluar dari dalam kamar dengan tatapan sinis.
"Itu dia benalu keluarga kita," celetuk ibu mertua yang ditujukan padaku.
"Bu maaf, bukanya saya ingin menjadi menantu durhaka. Tapi saya hanya ingin mengingatkan Ibu jika sejak pagi saya sudah menyelesaikan pekerjaan rumah, mulai dari memasak, mengepel lantai, mencuci baju bahkan mencuci semua baju Kakak ipar dan suaminya yang seharusnya bukan tugas saya," ucapku dengan sangat sopan.
Ibu dan ayah mertuaku tersentak melihatku yang sudah mulai berani melawan hinaan mereka.
"Kamu berani membantah ya?" balas ibu mertuaku sambil berdiri dengan mata melotot dan suaranya memekakkan telingaku.
"Saya tidak membantah Bu, saya mengatakan yang sebenarnya," balasku yang tetap bergeming, meski sebenarnya aku sangat takut.
"Kamu pikir kamu siapa. Kamu mau tinggal disini gratisan haa? bisa makan tidur seenaknya. Apa yang kamu lakukan itu sebagai bayaran karena kamu bisa tinggal di rumah saya ini," balas ibu mertuaku dengan mata yang masih melotot.
"Saya ikhlas melakukan semua pekerjaan itu Bu, tapi tolong hargai saya selayaknya menantu Ibu," ucapku yang masih terus mengungkapkan isi hatiku yang sudah aku pendam selama tiga tahun ini.
"Apanya yang perlu dihargai, kamu sama sekali tak ada harganya di mata keluarga kami. Semua anggota keluarga kami sarjana, sedangkan kamu hanya lulusan SMA, benar-benar malu-maluin keluarga kita kamu ini," ucap ibu mertuaku yang masih terus-terusan menghinaku.
"Jika disuruh memilih, saya lebih memilih tinggal di kontrakan Bu, meskipun kecil tapi saya dan Mas Miko bisa hidup tenang," balasku yang semakin membuat amarah ibu mertuaku memuncak.
"Jadi kamu merasa tidak tenang tinggal disini, kamu pikir kamu bisa merebut Miko dari kami, jangan harap. Bahkan aku akan berusaha untuk membuat Miko menceraikanmu," ucap ibu mertua yang membuatku kaget bukan kepalang.
Bagaimana bisa seorang ibu menginginkan kehancuran rumah tangga putranya sendiri.
"Bu sadarlah dengan apa yang Ibu katakan, nggak baik mendoakan hal buruk kepada anak Ibu sendiri. Berdoalah yang baik untuk kebahagiaan anak Ibu," ucapku yang terus mencoba menyadarkan ibu mertuaku yang sudah kesetanan.
"Ngak sudi aku mendoakan Miko bahagia jika dia masih bersama kamu," balas ibu mertua yang membuatku hanya bisa mengelus dada.
Aku memutuskan untuk mengakhiri perdebatanku dengan ibu mertuaku, karena jika aku terus meladeninya, maka urusannya akan bertambah panjang. Ayah mertua yang melihat perdebatanku dan ibu hanya diam tanpa ikut bergabung, tapi juga tak berusaha melerai kami.
Akhirnya aku menuju ke dapur untuk membuatkan kopi hitam untuk ayah mertua.
Sudah menjadi kebiasaanku, setelah jam sebelas siang aku harus membuatkan kopi hitam untuk ayah mertuaku. Meski ia juga membenciku, tapi aku tak pernah menaruh dendam padanya.
"Ini Pak kopinya, ucapku dengan sopan saat meletakkan secangkir kopi hitam di meja untuk ayah mertuaku.
Ayah mertuaku tak menggubrisku sama sekali, ia hanya sibuk membaca koran yang kebalik itu. Jangankan mengucapkan terimakasih, membalasnya saja tidak. Perlakuan itulah yang selalu aku terima, bahkan sudah seperti makanan sehari-hariku.
"Ibu mau dibuatkan minum apa?" tanyaku dengan lembut.
"Nggak sudah sok baik kamu, apa kamu mau meracuniku?" balas ibu mertuaku yang membuat aku sangat syok. Bagaimana bisa ibu mertuaku berpikir seburuk itu dengan menantunya sendiri.
Akhirnya aku kembali masuk ke kamar. Hari itu aku bisa istirahat dan tidur siang karena Lala anak Mbak Dina sedang berada di rumah orangtua Mas Dani yaitu suami Mbak Dina. Biasanya setiap hari aku yang selalu menjaga anak Mbak Dina.
Di dalam kamar aku memutar musik yang bisa memenangkan jiwaku yang sangat terguncang ini. Ragaku memang terlihat baik-baik saja, tapi jiwaku rasanya sudah sakit komplikasi akut.
Siang itu aku sedang istirahat di kamar. Setelah selesai mengerjakan semua pekerjaan rumah rasanya badan ini sangat lelah dan ingin sejenak untuk merebahkan diri di kasur yang tak terlalu empuk namun sangat nyaman untukku itu.
"Punya mantu nggak tau diri, udah numpang malah seenaknya sendiri," ucap ibu mertuaku di luar sana yang sengaja mengeraskan suaranya agar aku dapat mendengarnya.
Seketika jantungku berhenti berdetak. Memang itu bukan kali pertama ibu mertuaku berkata jahat dan menyindirku seperti itu. Sejak aku menikah tiga tahun yang lalu dengan Mas Miko, ibu mertuaku memang sangat membenciku.
Aku hanya bisa ngelus dada tiap kali ibu mertua menyindirku seperti itu.
"Coba kalo dulu Miko mau dengerin aku dan mau dijodohkan dengan Salma, pasti hidupnya akan lebih bahagia. Pasti sekarang sudah punya anak. Nggak mandul kayak istrinya itu," ucap ibu mertuaku yang membuatku sangat sakit hati.
Mengenai apapun aku bisa menahan hinaan ibu mertuaku, tapi tentang anak apalagi sampai mengataiku mandul, aku tak bisa untuk tak menangis. Di dalam kamarku, aku menangis sejadi-jadinya.
Bukannya mengakhiri hinaannya padaku, namun ibu mertuaku masih terus melontarkan kata-kata yang membuatku sangat sakit hati. Meski aku tidak berhadapan langsung dengannya, tapi aku bisa mendengar dan merasakan semua hinaan yang ibu mertuaku tujukan kepadaku.
"Punya istri miskin, nggak bisa diandelin. Bisanya cuma ngabisin uang suaminya saja," ucap ibu mertua yang masih melanjutkan hinaannya padaku.
Aku hanya bisa menangis di kamar mendengar hinaan demi hinaan yang ibu mertuaku lontarkan padaku. Di rumah ini hanya ada Mas Miko yang sangat mengertiku, tapi siang itu Mas Miko sedang bekerja, sehingga tak ada siapapun lagi yang bisa menguatkanku.
"Ada apa sih Bu?" ucap ayah mertuaku yang baru datang entah darimana.
"Itu lo Pak, saya benci banget sama istri Miko. Coba aja dulu dia mau dijodohkan sama si Salma, pasti sekarang kita sudah punya cucu," jawab ibu mertuaku kepada ayah mertua.
"Iya Bu, emang jauh sekali sama si Salma. Selain berpendidikan tinggi dia juga anak orang kaya, jadi lebih selevel sama keluarga kita. Lha yang ini, udah lulusan SMA dari keluarga miskin lagi," balas ayah mertuaku yang membuat tangisanku semakin pecah.
Bukannya menasehati istrinya, ayah mertuaku malah ikut menghinaku. Betapa sangat hancur hatiku saat itu. Tak ada tempatku untuk mengadu.
"Coba Bapak lihat, baru jam sebelas loh ini, dia malah sudah masuk ke kamarnya dan itu nanti sampai sore baru keluar setelah Miko pulang bekerja, bener-bener menantu tak tau diri," lanjut ibu mertuaku yang masih terus mencari kesalahanku.
Mendengar tentang penuturan ibu mertuaku yang mengatakan aku hanya di dalam kamar sampai sore, aku tak terima. Aku segera mengusap air mataku dan memutuskan untuk keluar dari dalam kamar.
Ternyata ayah dan ibu mertuaku sedang duduk di sofa yang tak jauh dari kamarku. Mereka melihatku yang baru keluar dari dalam kamar dengan tatapan sinis.
"Itu dia benalu keluarga kita," celetuk ibu mertua yang ditujukan padaku.
"Bu maaf, bukanya saya ingin menjadi menantu durhaka. Tapi saya hanya ingin mengingatkan Ibu jika sejak pagi saya sudah menyelesaikan pekerjaan rumah, mulai dari memasak, mengepel lantai, mencuci baju bahkan mencuci semua baju Kakak ipar dan suaminya yang seharusnya bukan tugas saya," ucapku dengan sangat sopan.
Ibu dan ayah mertuaku tersentak melihatku yang sudah mulai berani melawan hinaan mereka.
"Kamu berani membantah ya?" balas ibu mertuaku sambil berdiri dengan mata melotot dan suaranya memekakkan telingaku.
"Saya tidak membantah Bu, saya mengatakan yang sebenarnya," balasku yang tetap bergeming, meski sebenarnya aku sangat takut.
"Kamu pikir kamu siapa. Kamu mau tinggal disini gratisan haa? bisa makan tidur seenaknya. Apa yang kamu lakukan itu sebagai bayaran karena kamu bisa tinggal di rumah saya ini," balas ibu mertuaku dengan mata yang masih melotot.
"Saya ikhlas melakukan semua pekerjaan itu Bu, tapi tolong hargai saya selayaknya menantu Ibu," ucapku yang masih terus mengungkapkan isi hatiku yang sudah aku pendam selama tiga tahun ini.
"Apanya yang perlu dihargai, kamu sama sekali tak ada harganya di mata keluarga kami. Semua anggota keluarga kami sarjana, sedangkan kamu hanya lulusan SMA, benar-benar malu-maluin keluarga kita kamu ini," ucap ibu mertuaku yang masih terus-terusan menghinaku.
"Jika disuruh memilih, saya lebih memilih tinggal di kontrakan Bu, meskipun kecil tapi saya dan Mas Miko bisa hidup tenang," balasku yang semakin membuat amarah ibu mertuaku memuncak.
"Jadi kamu merasa tidak tenang tinggal disini, kamu pikir kamu bisa merebut Miko dari kami, jangan harap. Bahkan aku akan berusaha untuk membuat Miko menceraikanmu," ucap ibu mertua yang membuatku kaget bukan kepalang.
Bagaimana bisa seorang ibu menginginkan kehancuran rumah tangga putranya sendiri.
"Bu sadarlah dengan apa yang Ibu katakan, nggak baik mendoakan hal buruk kepada anak Ibu sendiri. Berdoalah yang baik untuk kebahagiaan anak Ibu," ucapku yang terus mencoba menyadarkan ibu mertuaku yang sudah kesetanan.
"Ngak sudi aku mendoakan Miko bahagia jika dia masih bersama kamu," balas ibu mertua yang membuatku hanya bisa mengelus dada.
Aku memutuskan untuk mengakhiri perdebatanku dengan ibu mertuaku, karena jika aku terus meladeninya, maka urusannya akan bertambah panjang. Ayah mertua yang melihat perdebatanku dan ibu hanya diam tanpa ikut bergabung, tapi juga tak berusaha melerai kami.
Akhirnya aku menuju ke dapur untuk membuatkan kopi hitam untuk ayah mertua.
Sudah menjadi kebiasaanku, setelah jam sebelas siang aku harus membuatkan kopi hitam untuk ayah mertuaku. Meski ia juga membenciku, tapi aku tak pernah menaruh dendam padanya.
"Ini Pak kopinya, ucapku dengan sopan saat meletakkan secangkir kopi hitam di meja untuk ayah mertuaku.
Ayah mertuaku tak menggubrisku sama sekali, ia hanya sibuk membaca koran yang kebalik itu. Jangankan mengucapkan terimakasih, membalasnya saja tidak. Perlakuan itulah yang selalu aku terima, bahkan sudah seperti makanan sehari-hariku.
"Ibu mau dibuatkan minum apa?" tanyaku dengan lembut.
"Nggak sudah sok baik kamu, apa kamu mau meracuniku?" balas ibu mertuaku yang membuat aku sangat syok. Bagaimana bisa ibu mertuaku berpikir seburuk itu dengan menantunya sendiri.
Akhirnya aku kembali masuk ke kamar. Hari itu aku bisa istirahat dan tidur siang karena Lala anak Mbak Dina sedang berada di rumah orangtua Mas Dani yaitu suami Mbak Dina. Biasanya setiap hari aku yang selalu menjaga anak Mbak Dina.
Di dalam kamar aku memutar musik yang bisa memenangkan jiwaku yang sangat terguncang ini. Ragaku memang terlihat baik-baik saja, tapi jiwaku rasanya sudah sakit komplikasi akut.
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!
Tiga tahun yang lalu, Erina melahirkan bayi kembar tiga. Namun hanya satu yang selamat - itulah yang diberitahukan kepadanya. Untuk mewarisi harta warisan ibunya, Erina terpaksa menikah dengan seorang programmer komputer yang miskin namun tampan. Setelah menikah dengan pria misterius ini, ia mulai curiga .... Selama tiga tahun tersebut, dia tidak pernah berhubungan seks dengan pria lain, tetapi dia hamil.... Dia juga menemukan bahwa dia memiliki anak lain yang masih hidup .... Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa suaminya yang "miskin" terlihat seperti konglomerat yang dia lihat di TV?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Mengandung adegan dewasa 21+ Raisa Anastasya mengalami kematian tragis, tertabrak truk, setelah melabrak tunangannya yang tengah berselingkuh. Bukannya mati dan kembali ke alam baka, Raisa malah masuk ke tubuh perempuan lain yang juga bernama Raisa, seolah semesta memberikan kesempatan kedua padanya. Sembari memanfaatkan paras cantik tubuh barunya, Raisa mulai menjalankan rencananya untuk balas dendam. Tapi tiba-tiba Zefan, direktur perusahaannya yang terkenal punya sifat sangat dingin, menarik Raisa ke salah satu kamar. Di bawah pengaruh alkohol, dia merenggut keperawanan Raisa karena mengira wanita itu adalah Raisanya yang lama. Setelah menghabiskan malam-malam menggairahkan bersama direktur, Raisa selalu terbayang saat mereka melakukan hubungan dan dibuat ketagihan oleh sang direktur, sehingga bimbang untuk melanjutkan balas dendamnya. Bisakah Raisa tetap fokus pada rencana utamanya di saat direktur terus menghantui melalui godaan sentuhan yang begitu menggairahkan? Dan apakah Raisa bisa menemukan benang takdirnya yang sebenarnya? Ngobrol sama author di Instagram dan TikTok @hi.shenaaa ya~